Bandarlampung, Lampungnews.com – Berwarna putih susu, berbentuk gepeng, dan rasanya hambar. Namun rasanya akan berbeda jika sudah diolah menjadi kudapan sedap seperti kolak. Seperti itulah gambaran untuk buah yang selalu diburu saat bulan suci Ramadan, yakni buah kolang kaling.
Mengintip cerita dibalik buah kolang kaling yang kerap ditemui di pasar ternyata melewati proses pengolahan yang cukup lama. Di Kampung Peninjauan, Sukarame II, Telukbetung Barat, masyarakat sekitar memanfaatkan buah yang menyerupai buah delima ini sebagai salah satu sumber rezeki.
Lantaran tak ada lagi banyak pohon kolang kaling di Kota Bandar Lampung, buah tersebut akhirnya didatangkan dari Talang Padang, Tanggamus. Buah yang bergerombol dalam satu batang itu harus dipisahkan terlebih dahulu dengan menggunakan pisau.
Proses pemisahan ini harus berhati-hati dan wajib menggunakan sarung tangan tebal. Sebab, buah ini bisa menimbulkan rasa gatal yang luar biasa jika terkena kulit langsung.
Setelah dipisahkan, buah kolang kaling dimasukkan ke dalam drum yang sudah berisikan air bersih untuk direbus selama dua jam. Biasanya, warga menggunakan bahan kayu bakar untuk proses memasak. Selain lebih hemat, merebus dengan kayu bakar bisa mengukur tingkat suhu air.
Buah kolang kaling yang sudah dimasak ini akan dikupas dan dikumpulkan dalam satu wadah. Selanjutnya ada pekerja lain yang menggepengkan buah yang sudah dikupas dengan menggunakan alat khusus yang terbuat dari balok kayu.
Kolang kaling yang sudah digepengkan ini akan direndam dengan air bersih selama dua hari sebelum dijual ke pasar-pasar.
Diakui warga sekitar, buah kolang kaling ini tak pernah putus pesanan. Setiap harinya sekitar 50 karung atau satu kwintal buah kolang kaling berhasil dijual ke Pasar Kangkung dan Pasar Tugu. (El Shinta)