Lampungnews.com – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tengah mempertimbangkan pencopotan detektor logam yang menjadi penyebab konflik dengan Palestina, usai insiden penembakan yang menewaskan dua tentara Israel di Yerusalem.
Israel memasang detektor logam sebagai bentuk peningkatan pengamanan di Bait Suci usai penembakan tersebut. Namun, Muslim Palestina yang merasa keberatan memilih boikot dan beribadah di luar gerbang selama empat hari terakhir, ketimbang melewati detektor logam.
Usai salat, Muslim Palestina pun menggelar protes di luar gerbang dan mengucapkan kalimat, “kami siap berkorban demi Al-Aqsa dengan jiwa dan raga kami.”
Bentrokan pecah di depan Al-Aqsa pada Selasa (18/7) dan menyebabkan 50 warga sipil terluka, sementara pada Rabu, Partai Fatah yang menguasai pemerintahan Palestina menyerukan ‘Day of Rage’ sebagai bentuk protes.
Dilaporkan terjadi kerusuhan dekat kamp pengungsi Palestina di Shuafat, Yerusalem timur, namun tidak diketahui jumlah korban terluka.
Netanyahu, yang tengah berkunjung ke Hungaria, melakukan pertemuan darurat dengan penasihatnya untuk mempertimbangkan pencopotan detektor logam pada Jumat (21/7). Hal itu berkaitan dengan 30 ribu umat Muslim yang umumnya melakukan ibadah salat Jumat di Al-Aqsa dan dikhawatirkan menimbulkan kericuhan baru.
Melansir AFP, sumber dari kepolisian Israel yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan pada media lokal, jika detektor logam tetap terpasang saat salat Jumat esok, kerusuhan tidak akan terhindarkan.
Kisruh Al-Aqsa bermula ketika dua tentara Israel tewas ditembak tiga orang berdarah Arab-Israel. Ketiga pelaku serangan itu kemudian kabur ke Bait Suci dan ditembak mati petugas keamanan.
Usai insiden itu, Israel menutup Bait Suci demi keamanan dan dibuka kembali dengan akses terbatas menggunakan detektor logam pada Minggu, yang memicu boikot dari Palestina.
Sumber : CNNIndonesia