Lampungnews.com – Sindikat narkoba internasional semakin gencar menyelundupkan sabu ke Indonesia. Setiap tahun, puluhan ton narkotik jenis sabu diselundupkan dari berbagai negara. Bahkan belum lama ini Badan Narkotika Nasional (BNN) mendeteksi penyelundupan 5 ton sabu dari Taiwan. Sayang, penyelundupan itu lolos. “Kami kebobolan lima ton sabu sebelum Ramadan lalu,” ujar Kepala BNN Komisaris Jenderal Budi Waseso saat dikutip dari tempo.co di kantornya.
Tim BNN sebenarnya sudah mendapatkan informasi detail soal rencana penyelundupan. Namun, kata Budi, sindikat itu tampaknya mengetahui keterbatasan peralatan pengintaian yang dimiliki BNN. Mereka berkomunikasi dengan teknologi yang tak dimiliki Indonesia. Walhasil, pada saat mereka sudah mendekat ke Indonesia, BNN kehilangan jejak.
Baru pada pertengahan Juli lalu, kepolisian beserta BNN menggagalkan penyelundupan 1 ton sabu asal Cina di Serang, Banten. Sebanyak 51 karung sabu itu dipasok dari Cina oleh sindikat narkotik Taiwan.
Berdasarkan penyelidikan BNN, sedikitnya ada 72 sindikat narkotik internasional yang beroperasi di Indonesia. Setiap tahun rata-rata mereka memasok puluhan ton narkotik berbagai jenis—paling besar adalah sabu. Maraknya penyelundupan itu karena Indonesia dianggap sebagai salah satu pasar utama perdagangan narkotik. “Demand-nya selalu tumbuh, buktinya paket berton-ton itu masuk lagi,” katanya.
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat BNN, Komisaris Besar Sulistiandriatmoko, mengatakan sebagian jaringan internasional bahkan telah mengalihkan target pasar mereka dari Filipina ke Indonesia. Pada Juni lalu, pemerintah Thailand menangkap satu kontainer berisi narkotik yang hendak dikirim ke Indonesia. Dalam penyelidikan ditemukan bahwa narkotik itu sebenarnya adalah pasokan untuk Filipina yang dialihkan ke Indonesia. “Karena sindikat itu takut pada Presiden Filipina Rodrigo Duterte yang tegas, maka mereka mengalihkan target,” katanya, kemarin.
Direktur Tindak Pidana Narkoba Brigjen Eko Daniyanto mengatakan jalur laut merupakan pintu utama penyelundupan narkotik saat ini. Garis pantai sepanjang 85 ribu kilometer yang tersebar di 17 ribu pulau menyembunyikan begitu banyak celah yang bisa digunakan para pengedar untuk memasuki wilayah Indonesia.
Mereka memanfaatkan pelabuhan-pelabuhan tikus yang minim penjagaan. Selain itu, ongkos kurir di Indonesia terbilang murah. Di Taiwan, ongkos kurir mencapai Rp 40 juta. “Di sini cuma Rp 10 juta, bahkan kemarin ada yang mengaku hanya dibayar Rp 6 juta. Tidak sebanding dengan risikonya,” kata dia.(*)