Jakarta, Lampungnews.com – Deputi Menko Kemaritiman & Investasi, Nani Hendiarti mengatakan dunia harus bekerjasama untuk menghadapi dampak perubahan iklim, terutama di wilayah pesisir, yang bisa berakibat naiknya muka air laut maupun turunnya permukaan tanah akibat pemanasan Global. Hal itu disampaikan pada acara Lokakarya Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ekosistem Pesisir menyambut Hari Maritim 2022, di Jakarta, Jumat (23 /09/2022).
Nani mengtakan bahwa pesisir berada di wilayah daratan dan lautan sehingga masuk bagian dari Sasaran Pembangunan Berkelanjutan, Sustainable Development Goal – SDG 2030, terutama Goal 14 dan Goal 15. “Dunia saat ini juga sudah sepakat menghadapi dampak perubahan Iklim Global sesuai Perjanjian Paris tahun 2015 sehingga Indonesia perlu bekerjasama dengan mitra Internasional dan para ahli kelautan Indonesia diharapkan memperluas jaringan, baik didalam negeri maupun dengan mitra – mitra luar negeri,”ujar Nani dalam keterangan nya.
Nani juga menyampaikan berbagai kerjasama yang saat ini tengah dilaksanakan Indonesia bersama-sama mitra Internasional, antara lain program restorasi ekosistem mangrove, pembangunan World Mangrove Center bekerjasama dengan Jerman dan Program Just Energy Transition Partnership (JETP) diikuti 10 Negara.
Lokakarya yang dihadiri para Ahli Kelautan dari berbagai Instansi dan Universitas alumni program Science for the Protection of Marine Ecosystem (SPICE), kerjasama RI-Jerman tahun 2000 – 2015, juga menampilkan pembicara Prof.Dr.Indroyono Soesilo, Mantan Menko Kemaritiman, Dr.Andreas Kunzmann dari Center for Tropical Marine Ecology (ZMT) – Bremen, Jerman dan Prof.Hefni Effendi dari IPB University.
Dalam kesempatan tersebut Indroyono menerangkan awal Program SPICE, yang dirintis oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pasca terjadinya bencana El Nino 1997-1998, yang berakibat kemarau panjang, kebakaran hutan dan gagal panen, ternyata dipicu oleh pergerakan “kolam panas” di Perairan Laut Pasifik sepanjang katulistiwa akibat dinamika arus laut di wilayah perairan Indonesia, yang dikenal dengan fenomena Arlindo.
Kerjasama SPICE RI – Jerman berhasil menyiapkan sekitar 40 ahli kelautan Indonesia bergelar Master dan Doktor lulusan Universitas-Universitas di Jerman yang sekarang sudah memegang posisi- posisi penting di tanah air, juga berhasil dibangunnya sistem pemantauan laut (monitoring bouys) dan Sistem Peringatan Dini Tsunami. Pada Tahun 2012, Sistem Peringatan Dini Tsunami di BMKG telah ditinjau oleh Kanselir Jerman Angela Merkel saat mengadakan lawatan ke Indonesia.
Dalam kesempatan Lokakarya, para alumni program SPICE RI-Jerman sepakat untuk melanjutkan program kerjasama kelautan kedua negara yang telah dirintis hampir seperempat abad lalu, sekaligus mendukung program-program kelautan yang saat ini tengah dilaksanakan oleh Pemerintah.(*)