Jakarta, Lampungnews.com– Jakarta International Contemporary Dance Festival (JICON) 2022, sebuah ajang festival tari yang dilaksanakan pada tanggal 4-18 Desember 2022 lalu.
Dengan tema Expanded Space, Expanded Choreography. Festival ini telah berlangsung sejak tahun 2021. JICON Dance Festival diinisiasi oleh Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), ketika masa pandemi membawa sebuah pengertian baru tentang tubuh dan ruang dalam seni pertunjukan (tari), karena menghadirkan interface sebagai sebuah relasi baru antar manusia di masa pandemi, juga terkait dengan kompleksitas ekosistem seni pertunjukan.
Program JICON Dance Festival merupakan inisiatif dari praktik produksi pertunjukan tari kekinian, yang membutuhkan pengertian-pengertian baru yang dicairkan karena tuntutan situasi pandemi bersama situasi pasca pandemi yang tidak bisa lepas dari situasi sebelumnya.
“JICON Dance Festival sebagai sebuah festival yang festive, secara tidak langsung bukanlah sekadar sebuah perayaan, namun di dalamnya juga memuat eksperimentasi dan membuka keragaman platform dari pengalaman kompleksitas produksi artistik, untuk membaca platform festival hari ini dan untuk melihat kemungkinan lintas disiplin dan lintas medium di dalam beragam program yang saling terhubung,” jelas Yola Yulfianti, Ketua Komite Tari DKJ dalam keterangan nya.
Secara geografis, JICON Dance Festival hadir di kota besar yaitu Jakarta. Budaya urban tak bisa terelakkan menjadi ciri dari kehadiran festival. Berangkat dari kompleksitas kota, Pemahaman koreografi ditafsir ulang menjadi expanded choreography, kontemporerisasi di dalam seni pertunjukan tari memiliki ragam arah. Salah satu penanda penting sebuah kota, khususnya kota besar Jakarta, adalah kuatnya kultur festival seni untuk menciptakan iklim warga kota yang semakin inklusif.
JICON di Jakarta merupakan sebuah festival yang berbasis praktik koreografi, yang digagas berdasarkan kompleksitas ruang kota, sehingga dibutuhkan perluasan (expanded) untuk menjangkau keragaman dan inklusifitas kota yang melingkupinya.
Perluasan praktik koreografi atau juga disebut dengan expanded choreography, secara serentak juga merupakan bentuk kontemporerisasi di dalam seni pertunjukan tari yang memiliki ragam arah. Selain praktik koreografi yang tidak lagi bergantung pada pada hubungan linier antara peristiwa pertunjukan dan penonton, perluasan koreografi bekerja dengan lintas medium, dan penggunaan objek-objek lainnya seperti arsip dan visual.
Pengertian perluasan dalam konteks expanded choreography melalui medium, ruang, dan objek ini dimaknai sebagai perluasan kesadaran dari praktik koreografi itu sendiri, untuk menjangkau kemungkinan-kemungkinan isu koreografi yang lebih luas.
Selama festival berlangsung, berbagai program diselenggarakan di Taman Ismail Marzuki, yaitu di Teater Wahyu Sihombing, Teater Kecil, dan Graha Bhakti Budaya – Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Program-program tersebut di antaranya adalah Jakarta Mari Menari, International Forum Meeting Translocal Performative Academy, JICON Dance Fest x Gigi Arts of Dance, Telisik Tari tentang Gusmiati Suid oleh Hartati, Expanded Choreography Performance, dan Seri Wacana Tari.
Pada malam (9/12) lalu, di Teater Wahyu Sihombing-Taman Ismail Marzuki, JICON menyelenggarakan diskusi “Expanded Choreography & Book Launch” dengan pembicara Saras Dewi dan Alif Iman Nurlambang, yang dilanjutkan dengan Expanded Choreography Performance “The (Famous) Squatting Dance” oleh Wayan Sumahardika. (*)