Lampungnews.com — Namanya Ruslan. usianya 43 tahun. Pagi itu, Senin 23 September 2019, menjadi hari tak bisa dilupakannya bersama warga Wamena lainnya. Teriakan mencekam dari sejumlah oknum menghempas aktivitas paginya sebagai pekerja serabutan.
“Bakar, bakar, semuanya,” ujar Ruslan menirukan pekik sekelompok massa.
Kepanikan pun meliputinya. Dia lantas menyudahi aktivitasnya dan segera mencari istri dan anaknya yang masih berusia 10 tahun.
Lemparan batu silih berganti memecah kaca-kaca rumahnya sekaligus kios kelontong yang menjajakan kebutuhan sehari-hari. Tidak ada yang bisa Ruslan perbuat selain berdoa kalau memang hari itu ajal menjemputnya.
“Mungkin saya hanya sampai di sini,” kata Ruslan mengenang kejadian di Posko Pengungsian di Jayapura, seperti dikutip dari lipitan6.com, Rabu (3/10/2019).
Ruslan mengaku bersembunyi di kandang babi di belakang pekarangan rumahnya. Dia sudah masa bodoh dengan seluruh harta benda yang habis dibakar massa. Rumah dan kendaraan roda duanya habis dilumat si jago merah.
Menjelang siang hari, untung bala bantuan pengamanan datang. Tim Gabungan Polri hadir untuk meredam kerusuhan yang kian memanas. Ruslan bersama keluarganya berhasil dievakuasi menuju Polres terdekat. Ruslan selamat bersama ribuan masyarakat lainnya
Aksi Cepat Penyelamatan Polri
Dalam kesempatan terpisah, Mantan Kapolda Papua Irjen Rudolf Rodja sempat mengungkap kegalauanya dalam memberi instruksi.
Satu sisi menilai aksi kericuhan terjadi bisa saja menghalalkan Polri bertindak reprepsif, kendati di sisi lainnya, Polri juga berkewajiban untuk melindungi masyarakat yang terancam keselamatannya.
“Saya pilih yang kedua, dan syukur karena tidak ada yang tertembak atau meninggal dunia. Tapi mungkin karena kinerja saya itu belum maksimal,” kata Rudolf saat pidato di serah terima jabatannya kepada Irjen Paulus Waterpauw.
Pengamanan Ekstra
Didapuknya kembali Irjen Paulus Waterpaw sebagai Kapolda Papua oleh Kapolri Jenderal Tito Karnavian, diharapkan dapat mengembalikan kondusifitas Bumi Cendrawasih dari serangkaian aksi kerusuhan. Diketahui, mulai dari akhir Agustus 2019, dipantik isu rasisme, tindakan anarkistis terus terjadi hingga pecah di Wamena sepekan silam.
Jenderal bintang dua ini berjanji dengan pendekatan humanis dan cara-cara yang pernah diterapkan sebelumnya, Papua akan dinormalkan kembali, tidak ada ketakutan dan ancaman dengan pengamanan ekstra yang akan diberikan.
“Pengamanan pasti kita optimalkan, namun keberadaan saya kembali di Polda Papua bukan apa-apa tanpa dukungan seluruh anggota Polda Papua, saya tak dapat bekerja sendiri, seberat apa pun tugas dan tanggung jawab bisa, bila kita memupuknya bersama,” kata Paulus hari ini. (*)
Sumber teks dan foto : liputan6.com