Bandarlampung, Lampungnews.com – Belasan laki-laki terlihat berbaris rapih sembari menarik tali yang terjulur hingga ratusan meter dari arah Pantai Sukaraja. Pagi itu jarum jam berada di angka sembilan, namun matahari sudah sangat terik dan membakar para nelayan payang yang masih berkutat menarik jala.
Nelayan yang tinggal di Pantai Sukaraja memang berbeda dengan nelayan lain di sekitar Pesisir Teluk Lampung. Mereka disebut nelayan payang padang.
Sebutan itu berasal dari jala yang digunakan yakni padang payang. Jala unik ini dibawa oleh penduduk sekitar Pantai Sukaraja yang berdarah asli suku Padang pada tahun 1950 silam.
Jika jala pada umumnya dibawa menggunakan kapal hingga ke tengah laut lalu disebar, jala payang padang cukup dibawa perahu lalu disebar tak jauh dari bibir pantai. Satu orang yang bertugas menebar jala akan tetap berada di laut sampai jala payang padang selesai ditarik.
Keistimewaan jala payang padang ini juga pada sistem menarik jalanya, yakni jala harus ditarik secara bersama-sama oleh 11-12 nelayan dari pinggir pantai.
Proses penarikan ini memang cukup lama dan mengeluarkan tenaga ekstra, lantaran jala yang ditarik panjangnya mencapai ratusan meter.
Namun, lantaran cuaca buruk beberapa bulan terakhir, tangkapan nelayang payang diakui menurun drastis. Ikan yang terjaring hanya ikan-ikan kecil dan sampah yang berasal dari sungai. (El Shinta)